JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) punya solusi baru untuk mengatasi kesenjangan pendidikan
antara daerah di Jawa dan wilayah luar Jawa. Mulai tahun depan, peminat
guru PNS wajib mengikuti program sarjana mengajar di daerah terdepan,
terluar, dan tertinggal dan (SM3T) serta pendidikan asrama dahulu. Dengan sistem itu, menjadi guru pegawai negeri sipil alias PNS hampir
mirip dengan menjadi dokter karena sama-sama harus mengabdi di daerah
terpencil dahulu. Seperti diketahui, untuk menjadi dokter PNS, calon
dokter harus mengikuti program pegawai tidak tetap (PTT) di daerah
terpencil.
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirdiktendik) Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Supriadi
Rustad menjelaskan, pada prinsipnya sarjana guru yang ingin melamar
menjadi PNS wajib lulus program pendidikan profesi guru (PPG). ”Nah,
mulai 2016 program PPG ini wujudnya adalah praktik mengajar di daerah
pedalaman (baca: SM3T) dan pendidikan di asrama,” ujarnya di sela-sela
pembukaan pameran foto aktivitas guru SM3T di kantor Kemenristekdikti
Jumat malam (26/6).
Program SM3T sebetulnya bukan program baru. Program yang dipelopori
Mendikbud Mohammad Nuh itu sudah menerjunkan 2.400 calon guru PNS untuk
kali pertama pada November 2011 ke berbagai pelosok negeri. Kini SM3T
telah memasuki angkatan kelima. Peserta program SM3T diseleksi dan dibekali di 21 lembaga pendidik
tenaga kependidikan (LPTK). Mereka diterjunkan dan mengabdi di wilayah
terpencil selama setahun. Setelah itu kembali ke LPTK, mengikuti PPG
berasrama selama dua semester. Selama mengabdi di daerah 3T dan
menjalankan PPG, mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Pemerintah menetapkan sembilan provinsi yang menjadi tempat
penempatan SM3T, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara,
Papua, Papua Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
dan Maluku. ”Kabupaten-kabupaten di provinsi itu pasti jauh dari kota,”
kata Supriadi. Misalnya Kabupaten Jayawijaya dan Lanny Jaya, Papua. Lalu
pedalaman Provinsi Aceh seperti Aceh Singkil, Pidie Jaya, dan Gayo
Lues. Sementara di NTT, peserta SM3T disebar antara lain di Alor,
Lembata, Rote Ndao, dan Flores Timur.
Untuk program pendidikan asrama, ada beberapa perguruan tinggi yang
digandeng guna menjalankan LPTK. Antara lain Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Semarang
(Unnes), dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Pada umumnya, setiap
LPTK itu mengembangkan kurikulum calon guru secara mandiri.
Dalam kurikulum pembelajaran asrama tersebut, dosen di LPTK wajib
menjadi model bagi calon guru. Dengan demikian, dosen-dosen pendidikan
asrama peserta PPG itu wajib S-2 atau S-3 bidang pendidikan sesuai
dengan bidang keahlian yang diajarkan. Misalnya bidang keahlian
pendidikan matematika, fisika, bahasa Indonesia, dan sejenisnya. Kemudian, cara mengajar dosen juga tidak konvensional seperti pada
umumnya. Sebaliknya, para dosen pendidikan asrama itu wajib mengajar
berbasis active learning in higher education (ALIHE).
Pembelajaran model itu memiliki porsi praktik langsung yang lebih
banyak. Dengan sistem tersebut, pendidikan asrama mencetak guru yang
bisa melaksanakan active learning in school (ALIS).
Dengan sistem baru rekrutmen guru itu, pemerintah akan memetakan
kebutuhan guru baru secara nasional. Kemudian, Kemenristekdikti melalui
kampus LPTK membuka seleksi peserta PPG. ”Jumlah yang diterima PPG ini
disesuaikan dengan kebutuhan nasional,” ucap guru besar Unnes tersebut. Menurut Supriadi, sistem baru rekrutmen guru itu mendapat sambutan
positif dari kepala daerah. Sejumlah kepala daerah yang ketempatan atau
menjadi tuan rumah SM3T membuka formasi PNS guru untuk alumni SM3T.
Supriadi mengatakan, meskipun program SM3T dijalankan pemerintah pusat,
status guru PNS tetap ada di pemerintah daerah setempat.
Menteri Ristekdikti Muhammad Nasir mendukung program baru rekrutmen
CPNS guru. Dia menyatakan, program SM3T benar-benar menggembleng calon
guru. ”Mereka tidak hanya menunggu siswa datang ke sekolah, tetapi
sampai menjemput siswa di rumah-rumah supaya mau ke sekolah,” ungkap
mantan rektor Universitas Diponegoro Semarang tersebut.
Mendikbud Anies Baswedan juga mengisyaratkan perlu adanya reformasi
rekrutmen guru. Menurut dia, selama ini rekrutmen guru begitu longgar.
Siapa saja bisa menjadi guru tanpa ada seleksi kompetensi. Ujungnya,
pemerintah kesulitan dalam pembinaan dan pengawasannya. Anies sepakat
jika rekrutmen guru diperketat demi mendapatkan guru-guru yang
berkualitas.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih,
Silakan Menikmati Blog Sederhana Kami Ini.
Jangan Lupa Beri Komentar Baik Saran maupun Kritik
Salam Pendidikan!